Selasa, 15 Mei 2012

Keunikan Penjual Sayur

Ada yang agak unik dari paket jualan pedagang kebutuhan dapur di Depok, tempat saya tinggal saat ini. Ukuran minimal pembelian untuk suatu jenis barang lebih rendah daripada pedagang yang sama yang biasa saya temukan di Makassar. Kita bisa membeli sayur 1 ikat saja, biasanya seharga Rp 500,-; bisa juga membeli sepotong kecil kelapa seharga Rp 500,-; wortel dan kentang beberapa biji masing-masing seharga Rp 500,- atau Rp 1.000,-. Sebenarnya harga barang kebutuhan dapur di Makassar relatif sama dengan harga di Depok, namun di Makassar, pembelian minimal lebih besar.
Kalau mau beli kelapa, minimal setengah biji. Isi sekantung paket sayur dan bumbu yang dijual juga lebih banyak, sehingga harganya minimal Rp 2.000,-. Padahal kebutuhan kita mungkin tidak sebanyak isi kantung itu. Kebutuhan kita akan kelapa untuk membuat santan juga tidak sampai setengah biji, sehingga sisanya harus disimpan untuk digunakan pada hari-hari selanjutnya. Jadi, tidak segar lagi.

Keunikan lain nampak di warung nasi bu RT. Warung tersebut selalu lebih cepat tutup dibandingkan warung-warung nasi lainnya di Kober. Ya, cepat tutup karena makanan yang dijual cepat habis. Ketika ditanya mengenai hal tersebut, bu RT mengatakan bahwa ia memang menjual dalam jumlah yang tidak terlalu banyak.

Hal itu sengaja dilakukannya karena ia tidak ingin ada makanan yang tersisa. Agar makanan yang tersisa tidak terbuang dan menyebabkan kerugian, biasanya pemilik warung menghangatkannya untuk kemudian dijual lagi esok paginya. Inilah yang tidak ingin dilakukan oleh bu RT, menghangatkan makanan sisa kemarin untuk dijual hari ini.


Sumber: http://sukma-menulis.blogspot.com/2010/06/keunikan-warung-di-depok.html

0 komentar:

Posting Komentar